Saya tidak akan pernah lupa pada seorang kakak yang menyemangati saya. Seseorang yang menerikakkan ;
menulislah!
Ayo menulis!
Kamu pasti bisa!
Dan banyak lagi dorongannya yang memotivasi saya.
Intinya saya diminta untuk menulis.
Suara-suara dari kanan ikut mendukung, tak
henti-hentinya mengompori agar saya semangat menulis. Tpi suara-suara dari kiri
pun tak kalah heboh meneriakkan larangannya. Sehingga sekali waktu saya merasa
bimbang.
Diluar dari itu, kecintaan saya pada buku-buku semakin
hari semakin mendalam. Kemudian mendatangkan kekaguman pada sudut pandang
penulis . datanglah rasa cemburu. Saya ingin seperti mereka. Seperti para
penulis itu.
Ada kutipan yang saya suka dari seorang penulis jenius negri ini, kemudian saya jadikan sebagai pemicu semangat memburu ilmu.
“Buku
adalah guru yang paling sabar, ia tak pernah mengeluh jika si pembaca tak juga
mengerti. Ia rela terus dibolak balik sampai lecek. Buku juga memberikan
pendalaman materi yang lebih jika
dibandingkan kita hanya mendengar kuliah”
(yunsirno-dalam
buku: keajaiban belajar)
Saya juga termotivasi ketika membaca buku penulis
produktif Afifah Afra, dalam bukunya How To Be A Brilliant Writer. Ia mengatakan bahwa menulis bisa dijadikan ajang amal
ma’ruf nahi munkar.
Dengan menjadi penulis maka kita bisa berdakwah. Kata mbak Afra,
dengan dakwah bil qalam, kita mampu menjangkau banyak orang, tanpa harus
bersusah payah menemui mereka. Pemikiran-pemikiran kita akan tersebar lebih
missal ketimbang ketika kita berdakwah secara langsung.
Baiklah kalau begitu, ini artinya Allah telah memberi saya pilihan. Dan pilihan itu harus benar-benar saya pertimbangkan. Mengingat
saya hanyalah hamba Allah yang tidak sempurna dan selalu ingin dapat
menyempurnakan diri dihadapan-Nya atas dasar Cinta kepada-Nya.
Maka saya putuskan untuk menulis. Menulis apapun yang
dapat saya tulis. Yang sekiranya pantas untuk dibaca oleh khalayak. Yang dapat
memberi cahaya bagi yang membutuhkan pencerahan. Yang dapat menambah wawasan
para pecinta ilmu.
Bismillah. Semoga pilihan saya ini kelak tidak
menjadikan saya menyimpang dari niat saya di awal. Dan saya menuliskan ini
adalah untuk saya baca kembali sutu ketika nanti, agar saya tidak lupa apa visi
dan missi saya menulis .
Untuk kakak motivatorku, terimakasih atas supportnya. Semoga
kita bisa sama-sama menjadi pendekar pena sejati. Amin.
satu lagi kutipan yang membuat saya senantiasa mengingat orang-orang yang memberi saya semangat:
“rayulah
aku, dan mungkin aku tidak mempercayaimu.
Kritiklah
aku, dan aku mungkin tidak menyukaimu
Acuhkanlah
aku, dan aku mungkin tak memaafkanmu
Semangatilah
aku, dan aku mungkin takkan melupakanmu”
(William athur)
No comments:
Post a Comment