[terlahir kuat namun diperlakukan tak adil]
Suasana hati Bong Soon sedang baik. Dia berjingkrak masuk kekamar dengan buku komik di tangannya, tiba-tiba ia melihat amplop putih diatas laptopnya yang terbuka. Ampop itu bertuliskan “untuk Bong Soon”. Itu dari Neneknya. Ada dua lembar uang lima puluh ribu Won disisipkan didalam amplop. Bong Soon bertambah-tambah girang.
Suasana hati Bong Soon sedang baik. Dia berjingkrak masuk kekamar dengan buku komik di tangannya, tiba-tiba ia melihat amplop putih diatas laptopnya yang terbuka. Ampop itu bertuliskan “untuk Bong Soon”. Itu dari Neneknya. Ada dua lembar uang lima puluh ribu Won disisipkan didalam amplop. Bong Soon bertambah-tambah girang.
"Bong Soon-na! Anak nakal ini, kamu dimana?" Tiba-tiba
jeritan suara ibu memanggil namanya. Seketika wajah Do Bong Soon murung.
"Ah, apa lagi ini?" Bong Soon menghampiri sang ibu dengan lunglai.
“Wae?” Suara manjanya tak hilang kendati ia kesal.
Datang-datang ibunya langsung memukul bagian punggunggnya dengan tangan.
PLAK! “Hey. Apakah kamu mengganggu anak SMA untuk memeras
uang mereka?
PlAK! “Ibu Myung Soo bilang tadi pagi dia melihat mu
memukuli anak SMA dan memeras uang mereka!”. Pukulan disertai omelan membuat
Bong Soon merasa kesakitan.
“Ibu Mohon padamu, bisa gak sih kamu seperti kakak mu Bong
Ki, walau cuma setengahnya saja? Kamu tidak bisa melakukan sesuatu dengan
benar. Kemana pun kamu pergi selalu membuat onar!”. Merasa lelah memarahi Bong
Soon, ibunya mencari tempat untuk duduk. Dia duduk membelakangi Bong Soon
karena kesal.
“Apa maksud ibu? Ngapain juga aku mengambil uang anak-anak
SMA itu?”. Suaranya bergetar karena menahan tangis.
Setengah berteriak Bong Soon bertanya. “Apa dia benar-benar
melihat ku mengambil uang? Ibu pikir aku seperti ibu?”
“Ibu bahkan tidak tahu apa-apa. Yang ibu tahu, apa yang ku
lakukan semuanya salah. Dan langsung memukul ku” Kini dia terisak. Ibunya tidak
menjawab sepatah kata pun. Hanya mendengarkan anaknya yang mulai menangis.
“Ibu pikir aku tidak merasakan sakit? Aku sakit. Bahkan jika
tubuhku tidak bisa terluka, hati ku bisa! Sebagai ganti karena aku lebih kuat
dari yang lain, hatiku terluka 10 atau bahkan 20 kali lipat. Ibu tahu?” Air
mata Bong Soon menggenang di pelupuk mata. Kali ini dia tak tahan dengan
perlakuan ibunya.
“... kenapa sih, kenapa ibu selalu pilih kasih dan membela Bong
Ki?” kali ini air matanya meluncur di pipi dengan isak tangis lebih keras.
“Ibu selalu memberikan Bong Ki daging sapi, sedangkan aku
hanya Ayam. Ibu selalu menyembunyikan makanan yang enak dan hanya memberikan
itu kepadanya. misalnya, ibu memberiku buah yang busuk. Sedangkan untuk Bong Ki
ibu memberikan buah yang segar. Ibu membesarkan aku seperti itu sepanjang hidup
ku dan selalu mendukung dia. Apakah aku dilahirkan kuat seperti ini karena aku ingin?”.
Hati Bong Soon semakin teriris.
“Kenapa.. kenapa ibu sangat membenci ku? kenapa ibu hanya
bersikap jahat pada ku? Aku juga anak ibu, kenapa ibu tidak memperlakukan ku
dengan adil? Ibu juga perempuan.. padahal ibu juga perempuan, kenapa ibu sangat
jahat kepada ku?”
Hiks.. Hiks..
Bong Soon tak tahan lagi. Ia mengusap air matanya lalu
meninggalkan ibunya yang duduk tercengang karena apa yang di dengarnya barusan.
Helaan nafas berat sang ibu membuatnya terlihat sebagai orang yang bersalah.
No comments:
Post a Comment