Halimahdaily.com - Seorang sepupu dari sebrang pulau memberi kabar duka, suaminya meninggal, anaknya masih bayi mungil. Dia mengadu pada saya, saya tidak tahu harus bagaimana.
Saya bingung harus melakukan apa, sebab saya benar-benar tidak mengenal sepupu saya ini.
Jujur, hubungan kami selama ini tidak terlalu intens. Kami hanya
pernah bertegur sapa via WA sekedar basa-basi bertanya kabar keluarga.
Saya sendiri tidak pernah melihat wajahnya langsung, hanya
foto yang di posting di medsos miliknya. Itu saja tentu tidak membuat saya
merasa bahwa kami saling mengenal. Apalagi kami terpisah sudah puluhan tahun. Terakhir
saya berjumpa dengan dia, mungkin saat saya kelas 1 SD, dan sepupu saya ini mungkin
masih bayi.
Orang tua saya meninggalkan kampung halamannya dan tidak
pernah kembali. Saya sendiri hidup di rantau bersama orang tua saya tanpa
pernah merasakan kehangatan keluarga besar. Bagaimana rasanya disayang
nenek-kakek, saya tidak pernah merasakannya. Apalagi saudara sepupu? Saya nyaris
tidak tahu bagaimana seharusnya saya berinteraksi dengan mereka.
Itulah sebabnya saya selalu canggung saat kami mengobrol via
telpon. Saya tidak tahu mau bertanya apa dan harus bicara apa. Kebanyakan sepupu
saya sudah pada menikah. Sementara saya masih asyik ngejar-ngejar pendidikan. Boro-boro
mikirin jodoh?
Bagaimana caranya menanggapi pembicaraan yang tidak ingin
kita dengar? Sedangkan kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja, karena
mereka saudara kita juga. Apalagi kabar duka. Suami meninggal, bagaimana
rasanya? Saya sendiri masih jomblo. Benar-benar tidak mengerti harus apa.
Jangan pernah mengadu perihal duka kepada orang yang tidak kita kenal. Karena pembicaraan akan canggung, dan simpati yang kita dapatkan hanyalah sekedar basa-basi
Jika memang kita sangat butuh simpati, cukup beri kabar saja. jangan meminta saran, atau memperlihatkan kesedihan berlebihan. Itu saja.
No comments:
Post a Comment