Ilustrasi copyright MBC : Pasien saling memberi semangat |
Halimahdaily.com - Aku tidak menjadi orang yang pertama tahu ketika live streaming teroris menembaki jamaah shalat jum’at di masjid an-nur Selandia Baru ditayangkan di facebook. Sehari setelah kejadian itu, barulah aku melihat cuplikan vidioanya dari Smartphone teman. Itupun, karena dia yang menunjukkannya padaku.
Saat itu, aku biasa saja. Melihat video itu rasanya seperti
melihat game. Usai menonton, aku hanya diam tak berkomentar apapun. Antara percaya
dan tidak. Antara mimpi atau nyata. Aku masih merasa bahwa apa yang kulihat itu
hanya sebuah video game.
Entah karena aku menontonnya pakai HP teman dan di depan
orang ramai, makanya aku tak bisa bereaksi apapun bahkan kaget pun tidak. Atau,
karena terror sejenis sudah terlalu sering kulihat? Entahlah aku merasa bersalah karena tidak merasa sedih dan marah.
Orang penuh dosa sepertiku, mungkin telah keras hatinya, mungkin karena dipenuhi oleh perbuatan maksiat, aku telah lupa bagaimana caranya perduli sesama muslim. Mungkinkah? Nauzubillah.
Sehari setelahnya aku membuka group Whatsapp yang penuh
dengan perbincangan mengenai kejadian itu. Satu-persatu komentar teman-teman
kubaca tanpa ada yang terlewatkan. Kemarin aku tidak sempat membacanya karena
sibuk. Hari ini, khusus untuk up-date berita selandia baru, aku memblokir semua
yang membuatku sibuk.
Setelah selesai membaca sampai akhir, barulah tubuhku
bergetar marah sekaligus sedih. Inilah yang kunantikan. Rasa marah dan sedih
inilah pertanda bahwa aku masih perduli kepada sesama muslim.
Siapa teroris sebenarnya?
Aku pemeluk agama Islam. Agamaku sering dituduh agama
teroris. Orang-orang kami sering dibenci karena dianggap sebagai orang brutal
dan suka menyebar terror.
Tapi lihatlah video itu. Kenapa orang-orang kami tidak
melakukan serangan balasan saat video itu dibuat? Kalau memang orang Islam
adalah teroris, kenapa di masjid kami tidak ada gudang senjata? Kenapa jamaah masjid
hanya bisa tiarap dan pasrah ditembaki, kalau memang iya kami teroris?
Hari ini, semua link video yang mengunggah aksi brutal itu
telah dihapus. Bahkan KOMIN*O melarang untuk menyebarluaskan video tersebut. Supaya
apa? Supaya orang-orang yang ‘terlambat’ melihat info seperti diriku ini tidak
melihat apa-apa?
Lucunya lagi, media pembenci Islam tidak menyebut pelaku
penembakan brutal itu sebagai teroris. Mereka hanya menggunakan sebutan ‘lelaki
bersenjata’. Karena apa? Karena si
Brenton Tarrant ini bukan Muslim?
Kalau seandainya Brenton Tarrant ini muslim, kemudian
dia menembaki orang-orang di rumah ibadah agama lain, sudah pasti dia akan
dilabeli ‘teroris’ oleh semua media pembenci Islam.
No comments:
Post a Comment