Halimahdaily.com - Padanya, aku telah terlanjur memberikan segala tanpa rahasia. Hampir runtuh semua pertahananku kalau bukan karena dia menghantamkanku pada sebuah benteng yang bernama patah hati.
Bedebam. Sakit memang. Lebur jiwaku terkoyak dan remuk. Tapi
apa yang terjadi? Aku malah tersenyum penuh syukur dan terimakasih. Andai aku
tak dicampakkan begitu, mana aku tahu rasanya berhantaman dengan patah hati. Aku
ini terlampau dimanja sejak bayi. Seluruh cinta dan kasih menghampiri. Mana kutahu
rasanya dibuang.
Inilah pertama kalinya aku dibuang. Bodohnya, walau sudah dibuang, aku tak
kemana-mana. Masih disitu-situ saja. Melanglangbuana dalam padang luas bernama
‘kenangan’. Mirip seperti gembel sebatangkara, atau mungkin malah mirip orang gila.
Dalam padang kenangan itu, apa yang kuningat? Yang kuingat, dulu semua begitu manis dan indah. Meski tak pernah se-romantis
orang lain, tak pernah berbicara seperti kebanyakan pasangan kekasih, kita
saling tertarik dalam diam. Itulah yang paling aku suka. Satu hal yang ajaib dari dirinya. Meski dia hanya duduk diam
tanpa menatapku, aku bisa merasakan jantungnya berdebar untukku.
Apa yang
kubicarakan? Tuh, aku mulai lagi mengulang-ulang cerita lama. Yah, begitulah jika pecinta gagal dicintai. Jadi bodoh dan gila.
Aduhai, hidup ini memang kadang menyebalkan sekali. Ada begitu banyak tempat, tapi kita masih disitu-situ saja -Tereliye-
Sudahlah, mungkin saatnya bagiku untuk istirahat. Semua kata
cinta sudah ku katakan. Bendungan rindu sudah kutumpahkan. Aku bahkan sudah
menggapai batas-batas tertinggi antara benteng-benteng diri.
Aku tidak tahu apa yang membuat ku masih ingin tetap disini
tanpa beranjak sejengkalpun. Entah karena aku telah lumpuh, atau karena aku
suka rasa sakit ini.
Ya, aku sudah harus istirahat. Disini. Di tempat dia
membuangku. Sampai nanti dan nanti.
No comments:
Post a Comment