Halimahdaily.com - Memang beda antara dunia nyata dan dunia fiksi. Seandainya bisa tiggal di dunia fiksi, aku ingin terlahir di dunia fiksi saja. Tak perlu melihat dunia nyata seperti apa. Tapi, bagaimana aku bisa tahu bahwa dunia fiksi lebih indah dari dunia nyata, jika aku bahkan enggan melihat bagaimana itu dunia nyata.
Aku terkagum-kagum pada kisah cinta Tiana dan Harun dalam
film The Gift (2018). Bisa dibilang cerita mereka romantis sekaligus perih.
Gara-gara tragedy di hari ulangtahunnya, Tiana memilih untuk
berda disisi Arie. Lelaki baik yang selalu menyayanginya. Itu artinya ia harus
meninggalkan Harun, lelaki buta yang mencintainya setelah Arie.
Tiana dikejar rasa
bersalah hingga nyaris mati bunuh diri. Harun terpuruk juga. Mereka saling
merindu dari jauh. Harun di Indonesia, Tiana di Eropa. Ditengah gejolak kebimbangan,
Tiana bersajak :
Jangan marah.
Waktu lahir kau telanjang dan tak tahu.
Tapi hidup, bukanlah tawar menawar.
Kehidupan terus berlanjut. Tiana terus mencipta dunianya.
Harun operasi mata. Namun, ketika ia sudah bisa melihat, ia harus menerima
kenyataan bahwa Tiana pergi dengan meninggalkan sebuah novel terbarunya dan
sebuah surat.
Dear Harun
Harun. Mungkin ini memang kutukanku yang membuat semua
yang kusentuh terluka. Bahkan Arie yang kukira akan baik-baik saja karena aku
menjalaninya dengan sebiasa mungkin, akhirnya ikut terluka.
Tapi aku tidak menyesal Harun, karena aku belajar dari
kamu untuk mengenal dunia, meski dalam kegelapan. Dan aku mendapati bahwa,
dalam kegelapan ini, aku bisa menyelami impian dan duniaku sendiri. Terimakasih
kamu sempat menemaniku hidup tanpa cahaya.
Aku senang bersentuhan dengan semua yang kita alami.
Rasanya seperti tangan ibu tua yang hangat disetiap pria keriput yang menyimpan
sejuta cerita.
Tapi dalam kesunyianpun energy untuk mencipta bertumpah
ruah, dan aku perlu energy itu Harun. Mungkin pada akhirnya kita akan bertemu
kembali dalam satu kota yang bernama, ingatan.
No comments:
Post a Comment