Ilustrasi copyright TVN |
Halimahdaily.com - Aku sudah dua kali mengirim tulisan ke media cetak. Pertama, saat aku masih semester dua. Saat itu salah satu dosen jurnalistik membei tugas final sebuah artikel karya ilmiah popular. Bagiku, tentu saja tugas ini susah-susah gampang. Susahnya, karena ini pertama kali menulis karya ilmiah popular. Gampangnya, karena menulis adalah bagian dari hobiku.
Waktu itu, tulisanku masuk nominasi tulisan terbaik. Dosen
menyuruhku untuk mengirimkan naskahnya ke Serambi Indonesia. Beliau memberi petunjuk
mekanisme pengiriman naskah dengan sangat jelas. Kudengar, dosen itu
berkali-kali memuji tulisanku dikelas lain. Karena itu, aku optimis bahwa
tulisanku layak dimuat.
Benar saja, seminggu kemudian, tulisanku tayang di kolom
opini. Saat itu, aku bangga sekali.
Tulisan kedua, kukirim seminggu yang lalu. Aku menulis
cerpen. Ini pertamakalinya aku berani mengirim naskah tanpa rekomendasi
siapapun.
Ohya, hampir lupa, aku pernah direkomendasikan oleh teman
untuk mengirim cerpen ke majalah kampus. Ternyata dimuat. Dapat honor yang
lumayan juga. Tapi aku tidak terlalu bangga, sebab cuma majalah kampus.
Siapapun bisa mengirim tulisannya dan dimuat, kurasa.
Kembali pada cerita cerpen yang kukirim seminggu yang lalu.
Aku tidak tahu bagaimana nasibnya. Tepatnya belum. Akan kutunggu sampai minggu
depan.
Pengalaman dari mengirim tulisan ke media cetak sebelumnya,
ketika mengirimkan naskah tepat sehari sebelum jadwal terbit, itu mustahil
diterbitkan. Apalagi mengimimnya diatas jam sembilan malam.
Sedikit mendapat bocoran dari dosen, katanya diatas jam
segitu, sudah ditentukan tulisan mana yang akan diterbitkan.
Kesalahanku kemarin adalah, aku megirimkannya malam minggu
jam setengah dua belas. Sedangkan cerpen, hanya dimuat untuk hari minggu.
Mungkinkah tulisanku dimuat? Mustahil.
Makanya aku menunggu sampai hari minggu besok. Kalau cerpen
yang dimuat bukan tulisanku, aku boleh kecewa, tulisanku tidak lulus sensor.
Tapi kalau dimuat, aku akan traktir makan bakso orang yang pertamakali
mengucapkan “selamat ya tulisanmu dimuat hari ini”.
Beberapa tahun yang lalu, aku mendapat ucapan selamat dari kakak letting di jurusanku. Keterangan biodata penulis membuatnya mengenali siapa penulis opini itu, lalu segera mengucapkan selamat. Tapi, kali ini, dia tidak akan melakukannya. Dia sudah tenang dialam sana.
Apapun yang akan terjadi, aku akan menunggu. Ya, mari kita lihat dan tunggu. Semoga yang terbaik.
Apa Hal Termalas Yang Pernah Kamu Lakukan?
Apa Hal Termalas Yang Pernah Kamu Lakukan?
No comments:
Post a Comment