Apa itu konflik? Kenapa konflik bisa terjadi? Bagaimana
tingkatan konflik? Bagaimana cara memanajemen konflik? Bagaimana cara
menyelesaikan konflik?
Dalam komunikasi, konflik merupakan suatu keniscayaan. Tak
seorang pun dapat menghindarinya.
Konflik tidak selalu bernilai negatif. Terkadang konflik
sangat diperlukan karena memberikan sisi positif. Ada beberapa manfaat konflik
yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut dalam paper ini.
Apa itu konflik?
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.[1]
DR. Kartini Kartono (2002 : 213) kata konflik mengandung
banyak pengertian. Ada pengertian yang negatif, yang netral, dan yang positif.
Dalam pengertian yang negatif, konflik dikaitkan dengan :
sifat-sifat animalistik, kebuasan, kekerasan, bar-barisme,
deskruksi/pengrusakan, penghancuran, irrasional, tanpa kontrol emosional,
huru-hara, pemogokan, perang dan seterusnya.
Sementara dalam pengertian positif, konflik dihubungkan
dengan : peristiwa petualangan, hal-hal baru, inovasi, pembersihan, pemurnian,
pembaharuan, penerangan batin, kreasi, pertumbuhan, perkembangan, rasionalits
yang dialektis, mawas-diri dan sebagainya.
Sedangkan dalam pengertian netral, konflik diartikan
sebagai: akibat biasa dari keaneka-ragaman individu manusia dengan sifat-sifat
yang berbeda, dan tujuan hidup yang tidak sama pula.
Konflik dalam Kelompok (ingroup)
Konflik dalam kelompok adalah konflik yang terjadi antar
individu dalam sebuah kelompok atau tim, departemen, organisasi, perusahaan
dsb.
Seseorang yang sedang mengalami konflik tidak hanya harus
mengatasi konflik dalam dirinya dan orang lain, dia juga harus berhadapan
dengan keseluruhan interaksi dengan semua pelaku yang terlibat.[2]
Konflik selalu menimbulkan keadaan-keadaan yang membuat
seseorang merasa tidak nyaman baik dengan dirinya sendiri, dengan individu yang
terlibat, maupun dengan lingkungan sekitar yang tidak berdosa.
Bila tidak segera ditangani bisa jadi akan menimbulkan bias
kemana-mana. Oleh karena itu, saat paling tepat mengatasi konflik adalah saat
jumlah orang yang terlibat masih kecil. Sehingga akan memudahkan dalam
penyelesaiannya.
Konflik Luar Kelompok (out group)
Margaret M. Poloma (1987 : 108) : Konflik dapat merupakan
proses yang bersifat Instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktur sosial. Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis batas antara dua
atau lebih kelompok.
Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali
identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
sekelilingnya.Apabila sebuah kelompok sedang mengalami konflik dengan out group
mereka, maka akan melahirkan tindakan-tindakan yang membuat kelompoknya
memiliki identitas yang lebih ditonjolkan.
Hal tersebut merupakan upaya mempertahankan eksistensi
kelompok agar tidak terjadi lagi hal yang tidak di inginkan. Konflik juga
memberikan pengalaman dalam menyelesaikan masalah. Konflik juga menyatukan
anggota kelompok untuk menjadi lebih solid, karena mereka harus berkerjasama
mempertahankan kelompoknya.
3 Identifikasi Tahap Konflik
Konflik terdiri atas berbagai tahap. Bila ditangani secara
efektif maka konflik tersebut dapat diatasi. Sebelum kita memikirkan bagaimana
penyelesaian konflik tersebut, kita harus terlebih dahulu mengenali tahapan konflik
agar lebih mudah mencari solusinya.
Konflik dapat merayap naik atau turun tergantung cara
menenganinya. Namun tidak selalu mengikuti garis lurus. Konflik tahap rendah
bila tidak ditangani dengan baik bisa langsung menjadi konflik tahap paling
tinggi. Dan sebaliknya, konflik tahap paling tinggi sekalipun dapat dengan
mudah mencair.
Masri Maris (2001 : 24) : Ketika intensitas konflik
meningkat, setiap orang akan berusaha membela diri dan ingin menang. Pada
konflik tahap tinggi, menyelamatkan muka semakin penting artinya. Dalam situasi
konflik yang makin panas, orang sabar sekalipun bisa marah dan tersinggung.
Ada tiga tahapan konflik menurut Maris dalam bukunya How to Manage Conflict, yaitu :
Tahap pertama : persoalan dan perselisihan kecil sehari-hari
Inilah konflik yang paling ringan dan tidak menimbulkan rasa
terancam pada diri kita. Untuk mengatasinya dapat digunakan berbagai cara
mengatasi konflik. Efek yang ditimbulkan biasanya berupa kemarahan yang
biasanya mudah diatasi.
Tahap kedua : Tantangan yang lebih besar
Dibutuhkan keahlian dan latihan khusus untuk menanganinya.
Tidak sembarang orang dapat menyelesaikan konflik pada tingkatan ini. Jika
salah bertindak, maka akan naik level
menjadi konflik tahap ketiga. Yaitu konflik pertarungan terbuka.
Tahap ketiga : pertarungan terbuka
Orang baik pun bisa menimbulkan kerugian pada orang lain
bila dikuasai emosi. Itulah sebabnya konflik harus ditangani dengan tepat.
Karena semakin tinggi tingkatannya, semakin sulit menyelesaikannya. Pada tahap
ini, seseorang telah terpancing jauh kedalam emosi yang membara.
Manfaat konflik
Marwansyah (2010 : 308 – 309) mengurutkan daftar manfaat
konflik sebagai berikut :
1. Munculnya masalah – masalah yang tersembunyi ke
permukaan, sehingga ada kemungkinan untuk diselesaikan.
2. Mendorong orang untuk mencari pendekatan yang lebih tepat
agar memperoleh hasil yang lebih baik. Situasi konflik mendorong orang – orang
menjadi lebih kreatif dan memunculkan gagasan – gagasan baru dan segar.
3. Meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran terhadap orang
lain dan masalah-masalah yang mereka hadapi. Konflik dapat mengarah pada
pertukaran informasi secara jujur dan terbuka, yang dapat menciptakan dasar
yang lebih baik untuk berkomunikasi di masa mendatang.
4. Menyempurnakan proses pengambilan keputusan. Dalam sebuah
organisasi, sering lahir keputusan yang buruk karena orang – orang terlalu
cepat setuju pada sebuah pemecahan masalah. Dengan adanya konflik, masalah
dapat ditelaah secara lebih seksama dari berbagai sudut pndang, sehingga
cenderung menghasilan keputusan yang lebih baik.
5. Menyebabkan perubahan – perubahan. Konflik bisa terjadi
karena perbedaan cara pandang. Bila cara pandang baru ini dinilai lebih baik,
maka akan muncul dorongan untuk melakukan perubahan ke arah solusi atau
alternatif yang lebih baik.
6. Mengurangi kebosanan. Melakukan sesuatu dengan cara yang
sama untuk masa yang panjang, bisa menimbulkan kejenuhan.
Ketika cara lama ini “ditantang” oleh pandangan atau
pendekatan baru dan beragam kebosanan bisa dikurangi. Kekayaan perspektif dari
banyak orang juga dapat membawa kita keluar dari rutinitas yang membelenggu ke
suasana yang lebih menyegarkan.
Menangani konflik yang terjadi dalam kelompok
Ada banyak gaya mengatasi konflik dari berbagai sumber yang
penulis baca. Namun, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa strategi
mengatasi konflik ada 4 cara, yaitu :
1. Menilai situasi
Segala sesuatu harus dinilai dahulu untuk dapat diberikan
perlakuan yang sesuai. Begitu juga dengan konflik. Berikan penilaian terhadap
konfik, apakah termasuk kedalam konflik ringan, sedang, atau berat?
2. Jelaskan persoalan
Setelah tahu titik persoalan, maka saatnya untuk menjelaskan
persoalannya. Kedua belah pihak yang bersiteru harus saling tahu titik
persoalan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
3. Evaluasi : alternatif pendekatan
Apabila ada salah satu pihak yang keberatan atas persoalan
yang telah dijelaskan, inilah saatnya untuk mengevaluasi. Agar tampak jelas
jalan menuju perdamaian diantara kedua belah pihak.
4. Pecahkan masalah
Langkah terahir adalah memecahkan masalah. Setelah semua
langkah diatas diselesaikan satu persatu, maka kita telah berada pada tahap
akhir penyelesaian.
[1]https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
[2] Masri Maris, How To Manage Conflic, 2001. Jakarta :
Erlangga, hlm 18
No comments:
Post a Comment