Orang bebal
sepertiku memang sudah seharusnya disadarkan dengan cara yang kasar. Meski ada
yang membuatku kehilangan harga-diri, barulah aku akan terbangun dari mimpi
indah tentang pangeran tampan dan istana megah. Kalau tidak, aku akan terus
terlena sampai tak tahu-diri.
Seperti kali
ini, aku dicampakkan lagi oleh lelaki tampan. Selalu begini. Setiap kali aku
jatuh cinta pada lelaki tampan. Awalnya aku diterima dengan baik, berteman dekat,
sampai kami pacaran. Lalu, aku selalu ditinggal pergi begitu saja.Tanpa ku tahu apa alasannya. Walau begitu, aku
tetap mencari lagi yang baru.
Kali ini
aku lelah. Aku marah. Tapi, aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin, jika
aku cantik, aku akan sedikit dihargai. Setidaknya, akan ada yang benar-benar
serius mencintaiku. Rasanya pasti menyenangkan.
Apa aku
harus operasi pelastik? Ah, tidak! Tidak! Itu tidak boleh dilakukan!
Lalu, aku
harus perawatan alami seperti yang disarankan ibuku? Ya sih, itu sedikit masuk
akal daripada operasi pelastik. Tapi, wajah pas-pasan ini tetap saja akan begini
meskipun jerawatnya hilang, flek hitamnya hilang, tetap saja wajah mulus dengan
hidung pesek dan alis buram bukanlah pemandangan indah.
Aku cuma cantik ketika memakai make-up saja. Tanpa make-up, wajah ini mengerikan. ARRRRGGGGHHHHHHH!
Aku muak memikirkan ini semua!
“Syua,
cepat, nanti ketinggalan bisnya!”
Oh, aku
lupa. Aku harus cepat-cepat. Hari ini adalah hari pertamaku magang. Kenapa aku
berlama-lama didepan cermin?
“Ya, kak.
Ini sudah selesai”. Aku harus cepat. Ini hari pertamaku!
"Syuaaa,
fighting!"
"Daaaah
kakak!"
"Daaaah,
hati-hati!"
Di dalam bis, aku terus menilai penampilan gadis lain dan membandingkannya dengan ku. Aku ini, tidak ada apa-apanya. Wajah-wajah yang kulihat, banyak yang lebih cantik dariku, yang jalek sepertiku hanya sedikit.
Tiba-tiba, aku merasa, orang jelek sepertinya langka. Hanya yang tak memiliki uang yang tersisa, seperti aku ini. Di kota besar seperti ini, semua orang bisa cantik dengan mudah asalkan punya uang.
Eh, aku merasa sepertinya beberapa gadis melirik kearahku. Tatapan mereka sungguh tidak enak. tatapan merendahkan seperti itu sudah biasa kuterima. Gadis-gadis cantik memang suka memandang remeh orang jelek sepertiku.
Bagaimana dengan para penumpang laki-laki? Apakah mereka ada yang melirik juga? Oh, ada! mereka juga sama. Melirik sekilas, lalu cuek. Terlihat jelas mereka tak tertarik denganku.
Diam-diam aku mengambil kaca dari dalam tas. Aku penasaran dengan wajahku. Apa ada yang salah?
Whoooaaaa! Aku tadi benar-benar tidak pakai apa-apa? Bedak tidak pakai, lipstik juga? Bisa-bisanya aku keluar seperti ini?!
Dengan wajah seburuk ini berani berkeliaran? Mau pergi magang pula. Pantas saja aku selalu diputusin, aku sering ceroboh disaat-saat penting seperti ini.
Mau mati rasanya. Melihat wajah sendiri tanpa make-up sangat mengerikan, apalagi dilihat orang-orang. Ah, aku ingin pulang. Kenapa aku tidak bawa apa-apa di tas? Harusnya aku membawa alat make-up ku. Setidaknya lipstick dan bedak.
Apa yang harus kulakukan? Tuhan, tolong aku!
BERSAMBUNG . . .
--------------------------------------------------------------
Apa yang harus kulakukan? Tuhan, tolong aku!
BERSAMBUNG . . .
--------------------------------------------------------------
Gimana? cerpen ini jelek ya? Mohon komentarnya...
Aku bener-benar ingin belajar menulis cerpen. Mohon bantu aku, ya..
No comments:
Post a Comment