Halimahdaily.com - Jika seseorang terlihat sangat bersinar tapi tak ada seorangpun disisinya, apakah kamu berpikir bahwa dia menyedihkan?
Teman saya bertanya, kenapa ada orang sangat pintar,
berprestasi dan terkenal, tetapi dia tidak punya pacar atau kekasih disisinya. Maksud teman saya adalah, kenapa orang yang sehebat itu tidak punya pendamping? Apakah tidak ada yang dia sukai?
Saya hanya tersenyum sebelum memberinya jawaban.
Saya hanya tersenyum sebelum memberinya jawaban.
Saya jadi teringat beberapa kisah orang-orang sukses di film-film. Mereka terus berjaya dan terus naik ke puncak kesuksesannya. Namun dibalik itu dia tak punya kekasih, alias jomblo.
Teman saya ini, mungkin belum menyadari bahwa setiap orang yang tiba-tiba dikenal dunia sebagai bintang yang bersinar, bisa jadi dia telah kehilangan banyak kebahagiaan sebelumnya. Salah satunya adalah kekasih yang paling dicintainya.
Teman saya ini, mungkin belum menyadari bahwa setiap orang yang tiba-tiba dikenal dunia sebagai bintang yang bersinar, bisa jadi dia telah kehilangan banyak kebahagiaan sebelumnya. Salah satunya adalah kekasih yang paling dicintainya.
Ketika saya mengatakan “Kenapa kamu sekarang sudah
berpenampilan lebih baik ketimbang dulu saat masih SMA? Kenapa sekarang kamu
lebih pintar? Kenapa sekarang kamu lebih percaya diri? Kenapa sekarang kamu
berprestasi? Adakah diantara pencapaianmu sekarang ini karena kamu pernah patah
hati? Adakah pencapaianmu sekarang adalah karena ingin menunjukkan pada
seseorang?”
Teman saya merenung. “Iya sih, saya memang ingin menunjukkan
pada seseorang”. Katanya.
Lalu saya melanjutkan. “Begitu juga dengan orang-orang
sukses yang bersinar layaknya bintang itu, mereka juga dulunya mungkin adalah
orang yang patah hati, mereka menjadi sehebat itu karena ingin menunjukkan
bahwa mereka tidak seperti yang dulu. Itulah sebabnya, mereka menjadi terlalu sibuk dan tidak sempat memikirkan pendaping. Atau, bisa jadi mereka tak ingin pendamping lain selain kekasihnya yang dulu”.
“Tapi, saya berubah tidak sepenuhnya karena patah hati”. Jawab
si teman. “Saya berubah menjadi lebih baik lagi karena mengagumi orang yang
terlalu hebat untuk disejajarkan dengan diri saya yang tidak ada apa-apanya ini.
Sehingga saya berusaha keras untuk menjadi layak dilirik olehnya”.
Saya tersenyum lagi. “Baiklah, anggap saja bahwa kamu tidak
patah hati karena tidak pernah mengungkapkan perasaan pada orang yang kamu
kagumi dan juga tidak pernah merasakan sakitnya penolakan. Tetapi, ketika kamu
terus melihat betapa mengagumkannya dia, betapa banyak gadis-gadis lain yang
juga tergila-gila padanya, lalu menyadari betapa dirimu tak sebanding dengannya. Bukankah kamu merasa sakit?”
Teman saya terkekeh. “Benar juga. Patah hati yang kamu
maksud adalah tidak selamanya penolakan cinta. Ketika kita menyukai seseorang,
lantas kita sendiri yang menjauh karena minder, itu juga bisa membuat kita
patah hati. Ya, kan?”
“Benar”. Jawabku ketir. Seperti ada benda tajam yang
tiba-tiba menggores hati. “Jadi, jangan terkejut jika dimasa depan saya menjadi
orang yang sangat hebat. Karena sekarang saya sedang patah hati”.
Mendengar itu, teman saya terkekeh meng-iya-kan. “DASAR
JOMBLO!”. Seru kami secara bersamaan. Kami serempak memaki kenyataan bahwa
patah hati ini bukan sebab siapa-siapa. Lalu kami terdiam dalam lamunan
masing-masing.
PS : Sebagian percakapan telah diedit. Semoga teman saya gak baca. Hehe.
No comments:
Post a Comment