Ilustrasi Copyright TVN |
Halimahdaily.com - Karena tidak semua hal di dunia ini bisa kita lihat secara transparan. Maka, banyak sekali misteri yang membuat orang bertanya-tanya. Termasuk misteri tentang kepribadian seseorang.
Saya sendiri sering melihat orang-orang misterius berkeliaran.
Cukup menarik untuk sekedar dilihat. Tetapi, tidak begitu membuat saya
penasaran. Makanya, kebanyakan dari orang-orang misterius itu saya abaikan.
Saya bukanlah orang yang mudah tertarik untuk melihat
sesuatu. Sebab saya punya kesibukan sendiri. Orang introvert dan pendiam
seperti saya, punya banyak hal yang dipikirkan. Pikiran saya jauh lebih berisik
dari kebisingan apapun. Agaknya, saya mirip seperti apa yang dikatakan Stephen
Hawking. “Quiet people have loudest minds”. Itu benar adanya.
Namun, sebagai manusia, tentunya saya juga bisa tertarik
kepada sesuatu yang mengalihkan perhatian saya dari apapun. Saya bisa membeku
sejenak, kehilangan suara-suara bising di kepala saya, hanya ketika saya
melihat atau memikirkan seseorang.
Tetapi, orang itupun sama introvertnya dengan saya. Kami bukanlah
orang yang bisa berbagi keceriaan. Semuanya terasa canggung karena kami tidak
pandai berinteraksi dengan benar.
Ironisnya, meskipun kecanggungan tidak pernah berkurang,
saya tidak pernah merasa bosan. Saya terus bersedia hadir disisi orang itu,
kendati hati saya menebak-nebak apa yang dia rasakan dan pikirkan tentang saya.
Saya tak berhenti menebak pikiran orang itu sampai pada
suatu hari, ketika saya terus-terusan bertanya tentang perasaannya, tetapi dia
konsisten menjawab “tidak tahu”. Ketika saya bertanya apa yang akan terjadi
jika saya jatuh cinta, dia menjawab “terserah kamu”.
Padahal, saya tidak bodoh-bodoh amat
membaca sinyal dari tingkahlakunya selama ini. Saya tahu bahwa dia menyukai saya. Namun, saya bertanya adalah demi
mendengarkan kata-kata yang menenangkan hati saya. Saya hanya butuh pengakuan. Itu
saja.
Kesal? Tentu saja. Saya tetaplah manusia biasa. Sebagaimana orang
lain yang merasa lelah berhadapan dengan orang yang membingungkan. Saya juga
demikian.
Masalahnya adalah, terlalu banyak waktu terbuang. Terlalu banyak
moment mendebarkan hati. Saya berjuang sendirian untuk mendapatkan kepastian,
sedangkan orang itu hanya perduli pada dirinya sendiri. Dia tidak perduli
pengharapan saya.
Dia terus sibuk pada dunianya sendiri. Disisi lain, sebelah
tangannya tak berhenti menggenggam tangan saya seolah menahan saya untuk pergi.
Jangan terlalu berharap orang lain bisa membaca pikiranmu, karena semua orang hanya bisa berasumsi jika mereka tak diberi tahu
-suara dalam diri-
No comments:
Post a Comment