Halimahdaily.com - Apakah orang yang akan berjodoh dengan kita adalah orang yang paling banyak berinteraksi dengan kita? Seperti di filem-filem? Seorang teman bertanya begitu padaku. Aku tercenung memikirkan jawaban.
Dalam hati aku menjawab. “May be!” Tetapi, ku berikan jeda
beberapa detik untuk memberi jawaban yang masuk akal.
Terakhir aku mengatakan “Tidak juga”.
Pada kenyataannya, ayah dan ibuku bukan orang yang sering
berinteraksi sebelum mereka menikah. Bahkan ibuku tidak mengenal ayahku dengan
baik. Ayahku adalah orang asing yang berasal jauh dari kampungnya. Bukan tetangga,
apalagi teman ibuku dulunya.
Ayahku adalah seorang pemuda yang gemar berkelana. Hampir semua
kota besar di pulau jawa telah ia datangi. Ia mengaku bahwa dirinya penjelajah
sejati. Tetapi, ketika mengunjungi kampung ibuku, dia seolah-olah tidak ingin
pulang tanpa membawa ibuku sebagai istrinya.
Apa daya, tak semudah itu mempersunting anak gadis orang. Ayah
mesti berkali-kali datang ke kampung ibuku untuk berkenalan dengan keluarga
besar seorang gadis yang beradat.
Berbekal pengalamannya yang suka berkelana, tentu saja mudah
bagi ayah untuk dekat dengan siapa saja. Itulah sebabnya, ia mampu menjalin
pertemanan yang begitu akrab dengan paman ibuku. Darisanalah tali silaturrahmi
dijalin perlahan oleh ayahku. Sehingga dia memperoleh akses untuk mendapatkan
restu dari seluruh keluarga besar ibuku.
Anak gadis itu berhasil dipersunting lelaki asing. Namun,
dihatinya telah ada orang lain. Seorang santri idaman semua gadis di desanya. Apa
daya, perempuan bukanlah orang yang berhak meminang. Apalagi ibuku adalah anak
yatim. Bagaimana mungkin dia berani bersuara, sementara tempatnya mengadu sudah
tiada. Pasrah pada titah nenekku, akhirnya ia menurut saja dinikahkan meski hatinya
tak cinta.
Terkadang, aku merasa kasihan pada ibuku. Kisah cintanya tak
seindah kisah cinta yang diidamkan semua gadis. Tapi, bagaimanapun, dia
bersyukur dinikahi lelaki yang mencintainya. Lama kelamaan, cinta itu datang
dengan sendirinya.
Aku juga sempat berpikir, orang yang aku sukai setengah
mati, belum tentu menginginkanku menjadi istrinya. Makanya, tidak perlu
berhayal tentang cinta yang indah setelah menikah. Pernikahan ayah dan ibuku
adalah salah satu bukti yang nyata.
Cinta ayah begitu besar pada ibuku. Tetapi, lihat saja,
pertengkaran selalu terjadi. Lalu, cinta ibuku juga begitu besar pada pemuda di
desanya dulu, nyatanya ia bisa melupakan setelah lama menikah dan melahirkan
anak-anaknya.
Jadi, menurutmu, jodoh itu seperti apa?
No comments:
Post a Comment