Halimahdaily.com - La Vi an Rose adalah sebuah kampung kecil tandus tanpa warna. Disana masa kecil dan masa remaja L dihabiskan dalam banyak kepahitan dan sedikit kebahagiaan. Kehidupan yang sebenarnya baru dimulai saat L pindah ke kota Seravi. Ia menghabiskan usia dewasanya disana. Kehidupannya di Seravi penuh pertarungan. Kehidupan kota metropolitan memang demikian. Jangan Tanya soal apakah L pernah merasa bahagia di sana.
Cinta sejati? Jangan Tanya soal itu juga. Sebab L hanya bertemu
dengan lelaki yang salah. Pertama-atama, dia mencintai dan dicintai lelaki
psikopat. Sekalinya sedang baik, lelaki itu sangat lembut dan penyayang. Tapi,
saat sedang kambuh menggila, L disiksa secara fisik dan verbal. Kemudian L
bertemu lagi dengan seorang bankir, nyatanya lelaki itu hanya seorang penipu
ulung.
Setelahnya, ia bertemu lelaki pendiam, kaku, tetapi lembut
dan penyayang. Ia pemilik toko roti dipojokan kota. Lelaki itu sangat sopan,
katakanlah dia lelaki baik-baik ditengan kota metropolitan. Hampir saja L
menjalani kehidupan bahagia. Ia menikah, menjalani kehidupan normal sebagai
istri tukang roti, lalu hamil. Saat usia kandungannya semakin tua. Tiba-tiba
mantan kekasihnya yang psikopat menemukannya. Menyiksanya kembali, sampai
bayinya keguguran.
Begitulah terus hidup L. Sekali gelap, sekali terang.
Terkadang, biru, ungu, abu-abu. Terkadang merah, kuning, lalu hitam. Penuh
warna.
Sementara, Ovesu, masih tinggal di La Vi an Rose menunggu L
pulang sambil menyemai bibit-bibit. Menanam tanaman warna-warni. Ia tak punya
kesibukan lain selain meyemai benih-benih tanaman. Semenjak pertemuan terakhir
kali dengan L, ia tak pernah melukis lagi. Sebab seluruh jemari tangan kanannya
remuk akibat dipukul dengan batu oleh paman L.
Namun, kecintaannya pada L dan pada seni melukis tetap
membara dalam dirinya. Setiap hari ia menyemai benih sebagai ganti melukis di
kanvas. Warna-warni bermacam tanaman ia pakai untuk membentuk sebuah pola.
Apa yang dia gambar? Tentu saja wajah tersenyum L yang
terekam jelas dalam ingatannya.
Hei L, aku memutuskan untuk melukis sebuah gambar. Aku memutuskan untuk melukuis wajah tersenyummu. Jadi, tidak perduli sesedih apa dirimu. Tidak perduli bertapa kesepiannya dirimu, kau jangan melupakan senyum itu
-Ovesu, once upon a time in the town of La Vi an Rose-
Banyak yang baca :
Semakin Lama Dia Pergi, Semakin Aku Mengerti Mengapa Dia Mengakhirinya [Cuplikan Movie To All The Boys I'Ve Loved Before 2018]
Romantisnya Ayla Berdansa Dengan Pangeran Sulaiman
Jangan Merasa Bosan Saat Sendirian [Cuplikan Oh My Geum-bi Eps 13]
Cuplikan Spring Turns to Spring EP08 [Batal Re-sign Demi Harga Diri Nona Muda Bom-Mi]
Banyak yang baca :
Semakin Lama Dia Pergi, Semakin Aku Mengerti Mengapa Dia Mengakhirinya [Cuplikan Movie To All The Boys I'Ve Loved Before 2018]
Romantisnya Ayla Berdansa Dengan Pangeran Sulaiman
Jangan Merasa Bosan Saat Sendirian [Cuplikan Oh My Geum-bi Eps 13]
Cuplikan Spring Turns to Spring EP08 [Batal Re-sign Demi Harga Diri Nona Muda Bom-Mi]
No comments:
Post a Comment