Merasa Sudah Baik, Padahal Belum - Halimah Daily
Banner IDwebhost

Home Top Ad

Post Top Ad

Monday, March 25, 2019

Merasa Sudah Baik, Padahal Belum

Ilustrasi copyright MBC

Halimahdaily.com - Hal terburuk yang pernah saya lakukan terhadap diri saya sendiri adalah ketika saya merasa diri sudah baik, padahal nyatanya saya tertipu. Ketika saya ‘ditegur’ oleh-Nya, barulah saya terhenyak. Oh, ternyata saya ini tidak ada baik-baiknya. Yang ada hanya kesalahan dan kesalahan.



Berawal dari hidup sebagai perantau yang mengharuskan saya untuk bertemu banyak situasi dan banyak orang. Saya ditempa untuk mandiri dan berani mengambil resiko. 

Saya juga terbiasa menjadikan diri saya sebagai orang yang mampu melakukan apapun dan bisa bertahan dalam tekanan hidup seberat apapun. Itulah sebabnya saya pernah berkerja dimana-mana, tidak perduli apa pekerjaannya, yang penting hallal. Soal capeknya, jangan Tanya. Pokoknya saya bisa.

Jadinya, saya terbentuk menjadi pribadi ‘strong’ sebagaimana yang selalu saya bangga-banggakan. Saya selalu menyebut diri saya sebagai ‘yang terbaik’. Tentu saja sebutan ini hanya saya dan diri saya yang tahu. Karena ini adalah penghargaan yang diberikan oleh saya kepada diri saya sendiri.

Suatu hari, saya bertemu dengan sosok boss ‘yang tidak pernah salah’. Dia merasa diri paling benar. Apa-apa disalahkan karyawannya. Sebenarnya bukan ini yang ingin saya ceritakan. Membicarakan sifat boss ini tidak penting sama sekali. Yang ingin saya katakana adalah, saya menjadi sadar bahwa saya punya sifat yang sama seperti boss ini setelah saya bertemu dengannya. Dan saya ingin berubah berkat dia.

Saya perhatikan betul apa yang dilakukan boss saya ini. Semua yang dilakukannya adalah demi kepentingan diri sendiri. Dia tidak berpikir orang lain sudah melakukan apa untuknya. Egois, begitulah saya menilainya. Inilah satu sisi buruk yang saya tidak suka—yang ternyata sifat ini juga ada pada diri saya—setelahnya membuat saya berupaya keras untuk tidak merasa diri paling baik.

Saya bersyukur sekali jika bertemu dengan orang-orang aneh, apalagi kalau sempat ‘bermasalah’ dengan mereka. Itu membuat saya bercermin dan menyadari betapa diri saya juga sebenarnya aneh.

Selama ini saya selalu merasa bahwa diri saya baik. Saya sopan, santun, dan rajin. Saya punya etos kerja yang bagus dan dapat diandalkan. Selalu menjadi karyawan terbaik dimanapun saya bekerja adalah penghargaan yang meningkatkan rasa percaya-diri saya, dan membuat saya terlupa bahwa semua kebaikan itu belum ada apa-apanya.

Justru ketika saya merasa sudah baik, saya malah bermasalah dengan banyak orang. Saya kurang cocok dengan cara kerja orang lain, sebab merasa diri paling baik. Saya jadi kebal terhadap saran orang lain, sebab saya yakin apa yang saya lakukan adalah yang terbaik.

Betapa sombongnya saya, kalau saya tidak bertemu dengan boss yang dikirimkan oleh-Nya dalam hidup saya untuk sekedar menyentil hati dan menegur saya yang alpa untuk intropeksi diri. Kalau tidak, akan jadi seperti apa nantinya jika saya berada di puncak kesuksesan tapi masih punya sifat ‘merasa diri sudah baik’ padahal kesalahannya bergunung-gunung, padalah dosanya dimana-mana.

Sekarang, saat saya merenung. ‘Apa saya sudah baik?’ tidak ada jawaban selain menggelengkan kepala dan tersenyum mengejek diri sendiri.

No comments:

Postingan Terbaru

Hey, Kok Sedih? Perlu Sedikit Motivasi Untuk Move On?

Halimahdaily.com - Bukan begini cara menjalani hidup. Membuang banyak waktu dengan bertanya 'apa salahku?'. Tak perlu tanyakan i...

Translate

Post Bottom Ad

Halaman