Halimahdaily.com - Hati ini membenci. Bukan sebab dosa dan kesalahan orang terlalu kejam. Tapi, karena ‘kacamata’ kita bisajadi telah kotor atau rusak. Jika ia kotor, maka kita harus membersihkannya. Jika ia rusak, maka kita harus segera menggantinya.
Penglihatan akan baik-baik saja jika kacamatanya bagus. Tapi
sekalinya ia bermasalah, semua terlihat salah. Seolah-olah semua orang
disekitar adalah monster, kita satu-satunya mangsa yang terancam akan dihabisi
monster-monster itu. Lelah meronta, lelah diserang, pada akhirnya kita hanya
bisa mengeluh, tersiksa setiap waktu.
Hidup bukan soal diri sendiri. Kita hidup dengan orang lain.
Kita dan mereka punya harapan-harapan yang boleh jadi sama, boleh jadi berbeda.
Tidak ada orang yang benar-benar sama, pun juga sebaliknya.
Ketika kita punya kesamaan dengan seseorang, akan ada juga kemungkinan kita
berbeda dengannya untuk permasalahan yang lain.
Satu pelajaran yang saya petik dari seseorang yang saya
kenal paling ‘keras’ hatinya. Dia selalu mengeluh tentang keburukan yang orang
lainlakukan kepada dirinya, tanpa menyadari keburukan apa yang telah dia
lakukan sebelumnya. Orang ini merasa dirinya ‘korban’ dalam segala hal.
Kok saya terus yang disalahin?
Kenapa dia selalu gak adil sama saya?
kenapa ya dia tega memperlakukan saya sekejam ini?
Kenapa dia selalu gak adil sama saya?
kenapa ya dia tega memperlakukan saya sekejam ini?
Pertanyaan itu saya balik :
Jangan-jangan memang kamu yang salah, gak?
Apa kamu pernah adil sama dia?
Apa kamu pernah berniat untuk tulus padanya?
Apa kamu pernah adil sama dia?
Apa kamu pernah berniat untuk tulus padanya?
Jawabannya tidak saya dapatkan langsung dari lisannya. Tapi saya
dapatkan dari apa yang dia lakukan setiap harinya. Saya menyimpulkan :
kalau terus menyalahkan orang lain, sampai kapanpun kita akan kesulitan sendiri menjalani hidup
Bagaimana mau hidup tenang, kalau tidak pernah belajar dari
kesalahan. Semua kesalahan dilemparkan kepada orang lain, bukannya intropeksi
diri. Saya sendiri juga sering mendapati diri saya seperti itu, terlebih ketika
saya patah hati.
Saya dulu selalu berpikir; ‘dalam masalah cinta, kenapa saya
selalu jadi korban?’. Padahal setelah dilihat-lihat lagi. Saya tidak sepenuhnya
korban. Saya ada ikut andil dalam membuat masalah hubungan percintaan saya
menjadi kacau. Saya ada ikut andil membuat suasana menjadi rumit.
Pada akhirnya saya berteriak pada diri sendiri;
‘siapa bilang saya korban?’
‘saya sama berengseknya dengan dia!’
‘ya sudah, tidak ada gunannya marah-marah sendirian. Lupakan!’
‘saya sama berengseknya dengan dia!’
‘ya sudah, tidak ada gunannya marah-marah sendirian. Lupakan!’
Nah, begitu jadinya.
Selesai satu perkara. Ketika kamu berhenti menyalahkan orang lain, semua jalan
terlihat mudah dan murah.
Marah itu buang-buang energy. Selain itu, sering marah-marah
juga gak bagus buat kesehatan jantung. Gimana kalau kena serangan jantung di
usia dini? Coba bayangkan betapa mahalnya pengobatan yang harus kita bayar.
Berapa uang yang perlu kita keluarkan untuk menyembuhkan penyakit akibat suka
marah-marah ini? Mahal pastinya.
Daripada buang-buang energy untuk marah. Gak ada untungnya,
yang ada malah rugi. Mendingan energinya dihemat biar bisa dipakai untukhal-hal
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment