Halimahdaily.com - Perih. Aku merasakan kembali rasa itu. Setelah sekian lama menyibukkan diri dan mencoba untuk lupa. Ternyata, aku tidak lupa. Aku adalah seorang gadis yang hatinya telah cacat, sebab jatuh cinta dengan cara yang payah.
Wahai cinta, aku benci kita bertetangga. Kita akan saling
melihat saat kita berharap tak pernah lagi berjumpa. Wahai kasih, coba lihat
hatiku, kini dia cacat berkat engkau!
Aku ingat sepuluh kali pertemuan kita dibawah lagit yang
terang oleh bulan, engkau datang menemui rinduku, enkau begitu baik. Kelembutan
dan kebaikanmu yang kuartikan itu sebagai cinta, ternyata bukan.
Entah engkau menganggapku apa, tapi aku tak akan bertanya
lagi. Sudah cukup hatiku retak perlahan karena engkau terlalu banyak diam.
Cinta, aku ingin sekali memilikimu dengan utuh. Tapi, siapa aku hingga aku berhak memilikimu? Siapa aku hingga aku merasa bahwa engkau akan bahagia bersamaku?
Cinta, aku sungguh telah menyerah padamu. Mungkin lebih baik
begini. Menahan sakitnya memiliki hati yang cacat abadi tanpa bisa disembuhkan
lagi, dengan bertahan sendirian tanpa memanggil namamu lagi.
Aku berjanji tidak akan menangis meski sangat sakit. Engkau
pernah mengajariku cara agar tidak menangis saat sedih. Aku akan lakukan itu.
Banyak kenangan yang tak bisa aku lupakan. Silahkan lupa
padaku, aku tak mengapa. Tapi, cinta, tahukah kau, berkat engkau, aku malu
memiliki hati yang cacat begini.
Aku tak sanggup harus membawa-bawa hati yang cacat parah
seperti ini. Seandainya bisa, aku ingin hidup tanpa hati.
Andai engkau datang kembali, kuharap saat itu aku sudah
tidak memiliki hati. Andai engkau meminta maaf, aku hanya akan memaafkanmu
tanpa kata-kata.
Satu hal yang tidak pernah berhenti kuharapkan darimu, semoga
engkau benar-benar orang baik sebagaimana aku beranggapan selama ini.
Soal hatiku yang cacat ini, jangan perduli, pergi dan jalani hidup seolah-olah tidak melihatku terluka. Engkau ahlinya melakukan itu. Berpura-puralah tidak mengenalku jika suatu hari nanti kita bertemu.
Soal hatiku yang cacat ini, jangan perduli, pergi dan jalani hidup seolah-olah tidak melihatku terluka. Engkau ahlinya melakukan itu. Berpura-puralah tidak mengenalku jika suatu hari nanti kita bertemu.
No comments:
Post a Comment