Halimahdaily.com - Kata orang, aku adalah anak kesayangan ayah. Kurasa memang benar. Tapi, kurasa dulu aku juga anak kesayangan ibu, tepatnya ketika masih bayi. Dia pasti memperlakukanku dengan istimewa. Buktinya, aku hidup diberkahi otak yang berfungsi cukup baik. Itu semua berkat ASI esklusif dan penjagaannya siang-malam.
Ketika aku tumbuh diusia kanak-kanak, posisiku digantikan
bayi-bayi lain yang lahir setelahku. Saat aku menangis, ada bayi lain di
gendongan ibu, maka ayahkulah satu-satunya milikku. Wajar jika aku jatuh ke
pelukan ayah. Tidak ada tempat lain untuk mengadu.
Dimasa remajaku, ibu masih melahirkan bayi-bayi lagi sambil
mengurusi adik-adik yang lain. Meski cemburu, aku ikut senang memiliki saudara
kandung yang banyak.
Masalahnya, aku lahir pertama. Akulah yang bertaggungjawab
jika adikku menangis. Akulah yang salah jika tak bisa membuat adikku tertidur
di ayunan saat ibu memasak. Akulah yang salah jika mainanku direbut, lalu kami
menangis bersama. Orang yang selalu mengatakan aku salah adalah ibu. Jadinya
aku merasa semuanya memang salahku.
Setelah dewasa. Aku kembali mendengar cerita yang hampir
sama. Adik yang wajah dan perangainya sangat mirip denganku, mengalami hal sama
sepertiku, dulu. Dia orang yang paling sering dimarahi ibu, dia orang yang
paling sering diberi hukuman, dan dia juga orang yang paling sering merelakan
baju-baju kesayangannya, mainan-mainan kesayangannya untuk adik yang lain.
Pada akhirnya, hanya ayah yang membelanya dirumah. Dia juga
mendapati julukan ‘anak kesayangan ayah’. Setidaknya anak kesayangan ayah hanya
kami berdua. Jadi, ayah pasti bisa adil pada kami berdua, bukan?
Sebutan anak kesayangan ayah, bagiku terdengar seperti
tuduhan bahwa ayah tidak menyayangi anak yang lain. Terlebih lagi jika
kata-kata itu terucap dari ibu. Aku merasa kesal, entah mengapa.
Aku jadi berpikir. Apakah semua ayah-ibu di dunia melakukan
hal seperti itu? Apa mereka harus memilih anak mana yang harus disayang ayah,
dan anak mana yang harus disayang ibu?
Padahal, kami tidak suka sebutan ‘anak kesayangan ayah’ atau
‘anak kesayangan ibu’. Kami ingin disayangi dua-duanya. Kami tidak perlu
menjadi anak emas salah satu dari mereka, sungguh!
Tapi, terimakasih untuk ayah yang mengerti bahwa aku dan
adik nomor empat tidak punya hero selain dirinya. Dan terimakasih,
sampai hari ini, ayah satu-satunya hero kami. Tapi bagaimanapun, kami
merasa sepi. Kami rindu pelukan hangat ibu. Andai ibu mengerti, kami sungguh
ingin disayang ibu juga.
Banyak yang baca :
Bagaimana Rasanya Menjadi Ayah? [Cuplikan Oh My Geumbi Eps 13]
Banyak yang baca :
Bagaimana Rasanya Menjadi Ayah? [Cuplikan Oh My Geumbi Eps 13]
No comments:
Post a Comment