Melihat
fenomena Aceh saat ini sungguh jauh berbeda dengan keadaan Aceh seperti yang dikatakan oleh
orang-orang jaman. Sejarahnya yang gilang-gemilang kini hanya tinggal kenangan.
Aceh tak lagi berjaya dengan adat dan reusam yang kental dengan budaya Islam.
Adat dan reusamnya mungkin masih ada. Tapi Islamnya?
Barangkali
ini akibat dari terlena dengan prestasi masa lalu. Sepertinya generasi muda
Aceh terbuai oleh kehebatan nenek-moyang yang terkenal heroik dalam sejarah.
Yang ceritanya tak habis-habis bila didendangkan. Padahal itu hanya cerita
lama.
Kenyataanya, sekarang Aceh tidak termasuk dalam kategori kota Islami. Apakah
ini pertanda islam akan pindah dari Aceh?
Kemanakah
perginya peradapab Islam Aceh saat ini?
Yang jelas, jejak peradaban itu telah pudar. Sisa dan puing-puingnya memang masih ada, tetapi hanya segelintir ulama, cendikiawan muslim, orang tua atau orang awam saja yang memegang erat syari’at Islam. Sedangkan sisanya sudah terkena bias globalisasi.
Kecanggihan teknologi dan komunikasi telah menjembatani masuknya budaya barat yang hedonis. Memang banyak faktor lain dari segala arah menyerang Aceh dengan segala gemerlap gaya hidup kekinian yang ditawarkan.
Yang jelas, jejak peradaban itu telah pudar. Sisa dan puing-puingnya memang masih ada, tetapi hanya segelintir ulama, cendikiawan muslim, orang tua atau orang awam saja yang memegang erat syari’at Islam. Sedangkan sisanya sudah terkena bias globalisasi.
Kecanggihan teknologi dan komunikasi telah menjembatani masuknya budaya barat yang hedonis. Memang banyak faktor lain dari segala arah menyerang Aceh dengan segala gemerlap gaya hidup kekinian yang ditawarkan.
Kalau
kita baca sejarah Islam di Cicilia, wilayah otonom di Italia selatan. Agaknya
hampir mirip-mirip dengan Aceh. Betapa hebat sejarah peradaban Islam disana, yang
selama kurang lebih 350 tahun mayoritas penduduknya beragama Islam.
Pada tahun 977, seorang ahli geografi muslim bernama Ibnu Hauwqal, dalam catatan perjalanannya Al Masalik wa Al Mamalik ia menuliskan bahwa di Palermo, pada masa itu terdapat 300 Masjid. Tapi Islam sudah tidak lagi berjaya disana. Islam telah pindah dari Palermo. Tinggalah bangunan Masjid terbanyak dalam kota terdebut sebagai bukti bahwa Palermo pernah dikuasai umat Islam.
Pada tahun 977, seorang ahli geografi muslim bernama Ibnu Hauwqal, dalam catatan perjalanannya Al Masalik wa Al Mamalik ia menuliskan bahwa di Palermo, pada masa itu terdapat 300 Masjid. Tapi Islam sudah tidak lagi berjaya disana. Islam telah pindah dari Palermo. Tinggalah bangunan Masjid terbanyak dalam kota terdebut sebagai bukti bahwa Palermo pernah dikuasai umat Islam.
Masjid-masjid di Aceh
Mungkin
orang-orang Aceh akan marah jika kita mengatakan seara langsung bahwa Aceh saat
ini telah kehilangan citranya sebagai serambi Mekkah.
Pasalnya orang aceh sangat sensitif jika menyinggung soal agama. Malahan ada yang mengatakan : “walaupun kami tidak shalat, tapi kalau agama di lecehkan, maut pun rela kami korbankan” kedengarannya aneh bukan? Bagaimana bisa dikatakan pejuang agama jika shlalat saja ditinggalkan? Bukankan shalat merupakan tiang agama?
Pasalnya orang aceh sangat sensitif jika menyinggung soal agama. Malahan ada yang mengatakan : “walaupun kami tidak shalat, tapi kalau agama di lecehkan, maut pun rela kami korbankan” kedengarannya aneh bukan? Bagaimana bisa dikatakan pejuang agama jika shlalat saja ditinggalkan? Bukankan shalat merupakan tiang agama?
Berbicara
tentang Shalat, di Aceh ini sangat mudah menemukan masjid. Dalam satu desa bisa
ada dua atau tiga masjid. Tapi saat Azan berkumandang, orang-orang masih
beraktifitas seperti biasanya. Yang berdagang tetap lanjut, yang belanja
apalagi. Seolah-olah panggilan Shalat hanya untuk para ustad-ustazah, para
da’i-da’iyah. Yang lainnya seperti tidak merasa terpanggil.
Tak
jarang kita temukan masjid-masjid kosong diwaktu Shalat, tapi banyak orang
berkeliaran disekitarnya. Masjid seolah hanya simbol bahwa orang Aceh mayoritas
Islam. Dibuat megah-megah, besar-besar, tapi dipakai hanya setahun dua kali.
Sepertinya masjid akan benar-benar penuh hanya saat lebaran saja.
Barat mulai cinta Islam
- Melihat perkembangan islam di belahan dunia bagian barat. Banyak orang berbondong-bondong masuk Islam karena jatuh cinta pada keagungan Al-Qur’an, Keindahan Islam, dan sebagainya. Sebagai generasi muda Aceh, tentunya hal tersebut sangat mengherankan. Ini sudah terbalik. Generasi muda Aceh banyak yang terkagum-kagum pada kehebatan Barat. Sementara generasi muda Barat malah terkagum-kagum pada Islam.
Aceh
dan barat adalah perbandingan yang absurd. Bagaimana mungkin Aceh bisa disandingkan
dengan bangsa kaphee yang notabene
musuh nenek-moyang orang Aceh turun temurun. Yang membuat iri dan cemburu
adalah kecintaan mu’alaf Barat terhadap Islam. Seharusnya membuat kita sebagai
orang Aceh yang katanya serambi Mekkah bertanya-tanya. Mengapa demikian? Apa
yang terjadi?
Setelah
tahu penyebab orang Barat tertarik dengan Islam, harusnya membuat kita merasa
was-was akan kehilangan jati diri sebagai muslim. Pasalnya agama yang kita
peluk adalah agama warisan orang tua. Bukan karena kita ingin memeluknya. Jadi,
sudah pasti kita tidak jauh lebih banyak tahu dibanding orang-orang Barat
tentang agama Islam, kalau kita tidak mengkaji dan mendalami ajaran Islam.
Dan
lagi di Barat, Islam selalu dicitrakan buruk oleh media-media yang ada. Banyak
orang berpersepsi negatif tentang islam karenanya. Namun, siapa sangka, justru
karena orang penasaran kenapa ada agama yang selalu dicitrakan sedemikian
sadis, mereka mencari tahu tentang apa itu Islam. Memang demikanlah manusia,
semakin dilarang semakin penasaran. Tak ayal orang-orang Barat berburu
Al-qur’an untuk mencari tahu apa isi kitab itu. Alih-alih membenci Islam,
mereka malah terpesona dan ingin mengenal lebih jauh tentang Islam.
Yang
membuat orang barat menjadi mudah mengagumi Islam ada banyak faktor, salah
satunya mereka telah jenuh dengan gaya hidup hedonis, liberal, dan bebas.
Mereka tidak menemukan ketentraman dari gaya hidup semacam itu. Sungguh
disayangkan, ketika Barat merasa jenuh dengan semua itu, kita malah ingin
coba-coba merasakan bagaimana rasanya gaya hidup bebas.
Membaca
dan mengkaji tentang islam tentu memicu rasa penasaran mereka terhadap kedamaian
yang ditawarkan dalam Islam. Mereka terbiasa berpikir terbuka, tidak seperti
kita yang sering tertutup untuk menerima hal-hal baru yang sifatnya analisis
atau pembelajaran. Kita cenderung malas untuk mencari tahu, apalagi meneliti.
Itulah sebabnya kenapa perkembangan Islam di negara-negara Maju sangat potensial.
Islam pindah ke Eropa
Eropa
diprediksi menjadi Benua Islam terbesar di Dunia pada tahun 2050 mendatang. Walaupun
saat ini Islam merupakan agama minoritas di Eropa, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa Islam akan maju pesat di benua tersebut.
Jerman
dan Prancis adalah yang berpenduduk muslim terbanyak di wilayah Eropa Barat.
Saat ini, Jermanlah yang paling menonjol angka kenaikan populasi Muslim
diantara negara-negara lainnya di Eropa. Dengan berjumlah empat juta jiwa
penduduk Muslim, angka ini akan terus naik. Karena Jerman terus menampung
imigran muslim dari Suriyah. Inilah salah satu berkah dari konflik di Timur Tengah.
Islam dapat berkembang dengan pesat di negara-negara yang tadinya tidak
mengenal Islam.
Di
Prancis, angka kelahiran mencapai 1,8 untuk seluruh penduduknya, namun 8,1
untuk angka kelahiran setiap keluarga Muslim. Sungguh angka yang sangat luar
biasa. Mengingat menurut kajian statistik angka kelahiran dibawah 1,9 maka
negara tersebut akan jatuh.
Demikianlah
fenomena yang terjadi di Barat. Sangat kontradiksi dengan fenomena islam di
Aceh saat ini. Jika di barat Islam maju pesat. Maka di Aceh islam mundur
perlahan.
Daftar
bacaan :
Barlian
AW, Anehnya Aceh 2014
Hasan
Basri M. Nur, Geografi Islam 2015
4 comments:
Tulisan yg bagus. Apa sudah ditindaklanjuti saran dan hasil diskusi di kelas?
Terimakasih bpk.. semua ini juga berkat pengajaran bpk.
Sudah pak, tapi ada kesalahan. Kemarin sudah saya coba perbaiki lagi. Dan saya sedang menunggu hasilnya.
wah bagus isinya.. nulis lagi,fighting kak:)
syukran ukhty yuli.. :)
Post a Comment