Dalam
Islam dilarang menggunakan bahasa tubuh yang mengundang syahwat. Karena syahwat
mendatangkan zina. Dan zina adalah perbuatan yang hina. Allah berfirman dalam
QS. Al-Isra’ ayat 32 yang artinya: “Dan
janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan jalan yang buruk“.
Allah
juga berfirman:
“Perempuan yang berzina dan
laki-laki yang berzina, maka cambuklah tiap-tiap satu dari keduanya dengan
seratus kali cambukan. Dan janganlah kamu belas kasihan kepada keduanya didalam
menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu beriman kepada Allah dan
hari akhir. Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman “.[QS. An-Nur : 2]
Allah
menghendaki muslim menjaga diri demi keselamatannya. Bukan untuk mengekangnya,
mempersulitnya, atau mencelakakannya. Setiap larangan dan perintah Allah sudah
pasti ada hikmahnya. Dan esensi ibadah bukanlah ketika kita melaksanakan
perintah karena tahu manfaat dan hikmahnya, tetapi ketika kita tunduk patuh
melaksanakan perintah bahkan ketika kita tidak tahu sama sekali alasannya
kenapa tuhan memerintahkan demikian.
Abu
Umamah berkata, ”Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Berilah jaminan padaku enam
perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang kalian berkata
maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika
dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian,
cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan
kalian.”
Banyak
sekali perbuatan zina terjadi karena pebuatan manusia yang mengundang syahwat.
Baik disengaja maupun tidak disengaja. Sehingga alangkah lebih baik seorang
muslim memperhatikan bahasa tubuhnya, sikap dan gerak geriknya agar tidak
mengundang syahwat.
Untuk
pencegahan kearah khalwat, perzinahan, dan tindakan amoral lainnya di Aceh,
saat ini sedikit demi sedikit mulai bergerak kearah yang lebih baik.
Saya
mengamati panggung-panggung pesta dalam acara apapun di Aceh, tidak ada
perempuan yang bergoyang-goyang heboh dipanggung. Jika ada yang menyanyi, tetap
saja gerakannya biasa, anggun tetapi santun, berjilbab juga, dan lagu-lagunya
bukan lagu yang mengundang syahwat. Ini sangat berbeda dengan daerah lain yang
basanya isi panggung kebanyakan perempuan-perempuan yang mengumbar aurat dan
berpakaian serba mini. Di Aceh Alhamdulillah tidak demikian.
No comments:
Post a Comment