Salah satu bahasa non
Verbal yang paling banyak memiliki arti adalah diam. Diam bisa berarti marah,
bisa berarti menghukum, bisa berarti mengusir, bisa berarti menghina. Namun
diam juga bisa bermakna baik. Seperti diamnya seorang gadis saat dilamar, yang
artinya setuju.
Diam didalam Islam
mempunyai banyak kebaikan. Karena ketika diam, seseorang telah menjaga lisannya
dari mengeluarkan kata-kata yang berpotensi kearah dosa.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu.
Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenengan yang besar”
[Al-Ahzab : 70-71]
Maka setiap perkataan
orang muslim harus terpelihara dari unsur-unsur yang dapat menjerumuskan
kedalam perbuatan dosa. Sesama Muslim tidak boleh saling membicarakan
kejelekan-kejelekan muslim yang lain.
“Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian
tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
Bergosip dan menggunjing
di ibaratkan memakan bangkai saudara sendiri yang berarti sangat menjijikan,
kotor, hina dan perbuatan yang tega.
Maka solusinya lebih baik diam apabila perkataan yang ingin diucapkan ternyata memunyai potensi keburukan. Sedangkan apabila yang hendak dikatakan adalah kebaikan yang sangat berguna bagi orang banyak, maka tidak tepat apabila memilih diam.
Maka solusinya lebih baik diam apabila perkataan yang ingin diucapkan ternyata memunyai potensi keburukan. Sedangkan apabila yang hendak dikatakan adalah kebaikan yang sangat berguna bagi orang banyak, maka tidak tepat apabila memilih diam.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaklah ia berkata baik, atau diam” (HR. Bukhari Muslim)
Ada beberapa budaya ni
negara-negara barat bahwa orang yang pendiam dianggap aib, tidak menyenangkan,
dan sombong. Karena bagi mereka, bayak berbicara adalah cara menikmati hidup.
Namun di Aceh perihal ini tidak menjadi polemik.
Pendiam tidak dianggap aneh, dan banyak berbicara juga tidak apa-apa. Namun terkait sopan santun, tentunya orang yang pendiam disaat-saat yang tepat tentu lebih disukai daripada orang yang terlalu banyak berbicara mangacau kemana-mana.
Pendiam tidak dianggap aneh, dan banyak berbicara juga tidak apa-apa. Namun terkait sopan santun, tentunya orang yang pendiam disaat-saat yang tepat tentu lebih disukai daripada orang yang terlalu banyak berbicara mangacau kemana-mana.
No comments:
Post a Comment