Halimahdaily.com - Saya pernah menjadi insan paling kotor di jagat raya. Yang paling sedihnya adalah, saya menghianati orangtua saya sendiri. Mereka amat besar mempercayai saya. Memanggap saya satu-satunya kebanggan dan anak yang paling cemerlang.
Padahal dibelakang mereka, saya bertingkah. Saya melakukan
apa yang ingin saya lakukan. Saya sering berbuat sesuka
hati. Terlebih saat saya jatuh cinta, saya jadi tak perduli norma-norma.
Tersadar ketika patah hati. Tak tahu harus mengadu pada
siapa. Mengadu kepada-Nya sudah malu. Sebab merasa diri kotor dan hina. Mengadu
kepada orangtua apalagi, karena sudah lama berjanji untuk tidak pacaran. Mereka
tak pernah tahu bahwa saya bermain hati dibelakang. Tidak ada status pacaran,
tapi saya menambatkan hati pada seseorang yang entah punya perasaan seperti apa
pada saya.
Saat mata penuh kabut, hati sedang sendu, saya bertemu
sebuah buku berjuduk PESAN CINTA-NYA, Catatan Pengembaraan Hati Seorang
Pejalan, karya Rezha Rendy. Saat membaca buku ini, bisa dibilang saya tercerahkan.
Satu persatu artikel saya baca. Semakin tenang jiwa saya.
Mengingat bagaimana hidup saya berlanjut hingga hari ini, saya merasakan banyak
sekali pertolongan-pertolongan-Nya secara nyata. Tapi, masih saja saya berbuat
salah dan masih saja saya menjauh.
Satu lagi yang membuat saya sangat tertampar membaca buku
ini, adalah rasa enggan saya untuk bersimpuh karena merasa malu. Sebenarnya
menurut Rezha Rendy kita enggan karena kita tidak mengenal tuhan.
Ragu kah saya pada tuhan saya yang Maha Pengasih Dan
Penyayang dan Maha Menerima Taubat? Tunggu apa lagi? Kenapa saya tidak bersimpuh?
“Selalu ada
matahari baru dari Allah untukmu kawan. Maka tegarlah. Dialah yang paling
mengerti dirimu, paling cinta padamu. Sekotor apapun diri ini dihadapan-Nya.
Bersimpuhlah..”
-Rezha rendy-
No comments:
Post a Comment