Halimahdaily.com - Ketika tertekan, marah dan sedih, tiba-tiba saja aku mejadi orang yang jenius. Seolah-olah penderitaan membuatku menjadi orang yang berbeda.
Jadinya, aku malah senang saat orang lain sengaja membuatku terpuruk.
Semangkin sakit, itu akan semakin bagus untukku. I love this pain.
Setidaknya penderitaanku memberi banyak manfaat.
Semuanya bermula saat aku nonton gossip entertainment. Beritanya
tentang pernikahan salah satu diva pemilik jargon ‘maju-mundur syantik’. Kalian
taukan, siapa?
Jadi, pernikahan itu dikait-kaitkan dengan mantannya si
pengentin pria yang katanya udah pacaran 5 tahun tapi gak jadi dinikahin.
Ketika si mantan pacar, sebut aja namanya Luna Mayoung,
diminta untuk berkomentar tentang perasaannya. Dia bilang begini :
Aku sih, udah biasa patah hati. Ini bukan yang pertama kalinya. Dan buat aku, perasaan ini berguna kok. Apalagi aku kan seorang actor yang bergelut di dunia acting, terkadang butuh membangun emosi, dan aku bisa memakai perasaan-perasaan seperti ini ketika aku membutuhkannya dalam dunia kerja ku
Gara-gara dia nih, aku jadi berpikir. Bener juga, ya? Aku
juga selama patah hati punya banyak banget tulisan-tulisan yang lebih bagus
dibanding saat aku gak patah hati.
Kalau aku sedang galau. Segala hal yang dilihat, didengar,
dan dihurup, jadi bahan renungan bahkan bisa menjadi bahan tulisan. Yang
biasanya kalau hati lagi senag, malas banget pegang pulpen dan kertas. Kalo
lagi galau, seharian bisa penuh buku setebal 300 halaman dengan puisi doang.
Tiba-tiba jadi encer aja otak rasanya.
Ngomong-ngomong, saat nulis artikel ini, aku tiba-tiba ingin
rehat. Iseng buka-buka buku psikologi di rak buku. Kubuka sembarang halaman,
dan aku menemukan sebaris kalimat yang berhubungan banget dengan tulisan ini.
Tahukah kamu apa yang kutemukan disana?
Sebaris kalimat : orang-orang yang menyukai penderitaan
disebut masokis.
Mungkinkah aku masokis? Ah, tidak. Aku rasa bukan begitu
penafsirannya. Terinspirasi membuat karya dari sebuah penderitaan, tidak bisa
diartikan sebagai penyuka penderitaan, kan? Daripada disebut masokis, aku lebih suka disebut penyair
gagal. Kedengarannya lebih cocok.
Banyak yang baca :
Daripada Malu Menunggu, Pergilah Meski Hanya Berpura-Pura!
Banyak yang baca :
Daripada Malu Menunggu, Pergilah Meski Hanya Berpura-Pura!
No comments:
Post a Comment